Rasa syukur, gembira, dan air mata kegembiraan mewarnai stadion utama Gelora Bung Karno Senayan pada Minggu 10 November 2019. Pasalnya menurut sumber CloverQQ, tim Fakhri Husaini berhasil menjadi pemimpin Grup K dan lolos ke final Piala Asia U-19 2020 di Uzbekistan.
Delapan gol dalam tiga laga menjadi bukti kongkrit permainan ofensif dan menegangkan yang ditunjukkan skuad Garuda Nusantara. Beruntung? Setidaknya, hasil ini tak luput dari taktik jitu Pelatih Fakhri dalam tiga laga Grup K.
Secara keseluruhan, Indonesia telah menggunakan pola 4–3–3 dalam tiga pertandingan terakhir mereka. Formasi ini dapat berubah menjadi 4–1–2–3 atau 4–2–3–1 saat menyerang dan menjadi 4–1–4–1 saat tim nasional kehilangan bola.
Seperti diketahui, pemain Indonesia memiliki skill, kelincahan dan kelincahan bola; terutama sayapnya. Permainan sayap ini merupakan kunci serangan tim nasional, baik melalui serangan terencana maupun skema serangan balik. Buktinya, empat dari delapan gol timnas dihasilkan dari luar.
Manajer Fakhri memiliki berbagai taktik konstruktif bagi timnya untuk membongkar pertahanan lawan. Hal ini terbukti saat lawan bermain agresif dengan tekanan tinggi atau saat lawan memilih menggunakan blok pertahanan rendah.
Menghadapi lawan dengan garis pertahanan rendah, seperti Hongkong di game kedua, Indonesia memilih fokus menyerang dari sisi lapangan. Ini dilakukan dengan memberikan bola pendek dari tengah dan baseline ke winger dan kemudian melakukan duel satu lawan satu dengan bek lawan.
Pemain sayap tersebut diinstruksikan oleh pelatih Fakhri untuk tetap berada di luar pertahanan lawan, dan kemudian ditusuk usai memenangkan laga. Dengan fokus ke samping, orang Indonesia praktis cenderung mengabaikan center of field dalam mengatur serangannya.
Pendekatan berbeda digunakan saat menghadapi Korea Utara atau Timor Leste (terutama sebelum kartu merah). Saat itu tim lawan memilih aktif menekan bek timnas.
Tekanan tinggi lawan seringkali tidak dilakukan dengan sempurna, sehingga jarak antar garis pertahanan lawan kecil. Indonesia memanfaatkan kelemahan lawan ini dengan memanfaatkan umpan-umpan panjang dari para pemain bertahan kepada para penyerang, terutama winger, untuk mengirimkan bola ke sepertiga pertahanan lawan.
Umpan pemain sayap tersebut diterima oleh penyerang timnas yang kemudian akan langsung menghadapi pertahanan lawan dengan sedikit tekanan. Kurangnya tekanan ini disebabkan pemain lawan “terlambat” menekan, sehingga penyerang Indonesia ini sempat berduel satu lawan satu di area pertahanan musuh.
Dalam situasi lain, jika lawan memutuskan untuk menekan menggunakan dua pemain teratas, salah satu gelandang bertahan Indonesia akan membantunya. Hal ini menjadikan timnas lebih banyak pemainnya dibanding lawan di lini depan penyerangan sehingga penguasaan bola bisa lebih lancar.
Tujuan utama saat bola mencapai sayap adalah untuk memberi ruang untuk pertarungan satu lawan satu dengan bek lawan dan kemudian menusuk di area penalti. Dalam situasi seperti ini, winger Indonesia bergerak cepat agar tidak kehilangan momentum; mencegah pemain lawan memasuki area pertahanan.
Pemain Indonesia dengan kemampuan bertanding satu lawan satu memang menjadi pilar Fakhri dalam merumuskan strategi. Baiklah, Fajar, kepada Mochammad Supriadi yang selanjutnya meraba-raba kedua sisi pertahanan lawan.